Fokus pada Fundamental Perusahaan, Bos BCA Tak Pusing Gejolak Saham BBCA

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok dalam pembukaan perdagangan setelah libur lebaran di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). (Fakta.com/Kania Hani Musyaroh)
FAKTA.COM, Jakarta – Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA), Jahja Setiaatmadja mengaku tidak ambil pusing soal pergerakan saham BBCA, meski tengah terkoreksi. Hal tersebut disampaikannya dalam konferensi pers “Laporan Kinerja Keuangan Kuartal I 2025 BCA”, Rabu (23/4/2025), di Menara BCA, Jakarta.
Dalam kesempatan itu, Jahja mengatakan bahwa pelemahan saham tidak hanya terjadi pada BBCA saja, tetapi pada seluruh industri perbankan. Faktor utamanya adalah peningkatan ketidakpastian global,
“Karena nanti investor, begitu denger suatu berita yang uncertain dan belum tahu, dampak risiko kepada perbankannya. Nomor satu apa? Jual dulu,” jelas Jahja.
Reaksi spontan investor inilah yang disebut Jahja menjadi penyebab koreksi pada sejumlah saham perbankan, termasuk BBCA.
Bahkan, Jahja mengaku bahwa pihaknya telah menyiapkan Rp1 triliun untuk melakukan buyback saham yang sudah dimulai sejak minggu ke-2 April. Akan tetapi, dampaknya memang belum begitu signifikan.
Pelemahan yang terjadi tentu menjadi perhatian para pemegang saham BBCA. Terlebih, pada pertengahan tahun lalu, BBCA berhasil menembus level 10.000. Akan tetapi, kini bertengger di harga 8.500 per Kamis (24/4/2025).
Terlebih, jika melihat data di atas, harga saham BBCA saat ini sudah lebih di bawah catatan terendah harga BBCA tahun lalu.
Meski begitu, Jahja yakin bahwa harga saham BBCA mampu rebound kembali. Sebab, di tengah pergerakan pasar yang sangat dinamis, fundamental perusahaan menjadi hal penting.
“Untuk bank yang memang fundamentalnya bagus ataupun perusahaan nonbank sekalipun, itu segera akan kelihatan rebound,” imbuh Jahja.
Walhasil, Jahja mengatakan bahwa ia tidak terlalu memusingkan pergerakan saham BBCA, lantaran fokus terhadap kinerja dan fundamental perusahaan.
“Kalau fundamental performance kita bagus, maka harga saham otomatis akan meningkat,” jelas Jahja.
Lebih rinci, ia menjelaskan bahwa pihaknya fokus untuk menjaga sejumlah indikator fundamental, seperti profitabilitas, ROA (return on asset), ROE (return on equity), cost ratio, dan sebagainya.