Ditanya Kapan Saham BBCA Kembali ke 10.000, Bos BCA: Saya Bukan Peramal

Gedung Bank BCA. (ANTARA/HO-BCA)
FAKTA.COM, Jakarta - Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA), Jahja Setiaatmadja berkelakar ketika ditanyakan soal kinerja saham BBCA. Hal tersebut terjadi pada konferensi pers Laporan Kinerja Keuangan Triwulan I 2025 BCA, Jakarta, Rabu (23/4/2025).
Dalam sesi tanya jawab, Jahja sempat ditanyakan soal peluang saham BBCA untuk kembali ke level 10.000. Pertanyaan itu bukan tanpa alasan, di tengah perkembangan dinamika global, sejumlah saham, terutama perbankan mengalami koreksi besar-besaran, termasuk BBCA.
Seperti diketahui, BBCA yang sempat menembus level 10.000 di pertengahan tahun lalu, kini sahamnya bertengger di harga 8.475 pada penutupan pasar Kamis (24/4/2025).
Menanggapi hal ini, Jahja mengatakan bahwa dirinya bukan peramal. Walhasil, tidak bisa memberikan detail pasti terkait potensi saham BBCA menembus kembali level 10.000.
“Saya enggak punya bola kaca yang digosok-gosok melintir keluar angka gitu ya. Jadi saya jujur katakan enggak tahu,” kelakar Jahja.
Sebab, Jahja bilang bahwa pihaknya tidak mematok target harga saham BBCA, melainkan fokus pada kinerja perusahaan. Walhasil, fokusnya adalah pada fundamental perusahaan, seperti profit, ROA (return on asset), ROE (return on equity), efisiensi biaya, hingga rasio kredit bermasalah dan cadangan yang proporsional.
“Kalau fundamental performance kita bagus, maka harga saham otomatis akan meningkat,” tegas Jahja.
Sekadar tambahan informasi, ada laporan keuangan kuartal I 2025, BCA mencatatkan laba sebesar Rp14,1 triliun. Atas catatan itu, laba BCA tumbuh 9,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Capaian ini ditopang oleh penyaluran kredit yang masih konsisten tumbuh dua digit. Adapun sepanjang kuartal I 2025, BCA menyalurkan kredit sebesar Rp941 triliun atau tumbuh 12,6 persen (yoy).
Meski begitu, laju pertumbuhan laba BCA melambat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Dalam hal ini, pada Kuartal I 2024, pertumbuhan laba BCA dicatatkan lebih tinggi, bahkan mencapai dua digit, yakni 11,7 persen (yoy).