DBS Group Research Proyeksi BI-Rate akan Dipangkas 50 bps Tahun Ini

Ilustrasi - Logo Bank Indonesia (BI) di Jakarta. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/hp/aa)
FAKTA.COM, Jakarta – DBS Group Research memproyeksikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) akan dipangkas sebesar 50 basis point (bps) pada tahun ini. Hal tersebut seiring dengan proyeksi penurunan inflasi selama setahun penuh sehingga membuka peluang pelonggaran kebijakan bank sentral.
“DBS Group Research memperkirakan para pembuat kebijakan masih akan memanfaatkan peluang yang ada, ketika isu tarif mengendap, untuk menurunkan suku bunga sebesar 50 bps di tahun ini, karena suku bunga riil menandakan adanya penyangga yang signifikan,” ujar Senior Economist Bank DBS, Radhika Rao dalam keterangannya yang dikutip di Jakarta, Selasa (22/4/2025).
Inflasi pada Maret 2025 secara tahunan (year on year/yoy) tercatat sebesar 1,03 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 107,22.
DBS Group Research mencatat, penerapan kebijakan sekali jalan membuat inflasi Maret mengalami peningkatan dibandingkan rata-rata kenaikan 0,3 persen pada Januari–Februari.
Hal ini juga tercermin dari penurunan inflasi yang diatur pemerintah (administered prices) yang berada di level -3,2 persen secara tahunan dibandingkan rata-rata -7,7 persen di dua bulan pertama tahun 2025.
“Inflasi transportasi tetap dibatasi oleh penyesuaian penurunan harga nonsubsidi,” catat Radhika.
DBS Group Research mencatat, inflasi IHK tetap berada di bawah target Bank Indonesia pada kisaran 1,5 persen hingga 3,5 persen karena adanya dampak dari kebijakan-kebijakan pemerintah seperti diskon tarif listrik, tarif tol, dan tiket transportasi udara.
Sementara itu, inflasi inti rata-rata mencapai 2,4 persen pada triwulan pertama tahun 2025.
DBS Group Research pun memperkirakan bahwa inflasi umum akan bergerak lebih tinggi pada paruh kedua 2025.
Meskipun paruh kedua lebih kuat, DBS Group Research merevisi penurunan inflasi setahun penuh menjadi 1,7 persen secara tahunan dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 2,0 persen.
Radhika menyampaikan, perkembangan inflasi yang cukup kondusif membuka peluang untuk pelonggaran kebijakan moneter.
Di sisi lain, bank sentral kemungkinan akan memberi perhatian yang lebih pada pasar keuangan terutama dengan adanya pelemahan lebih lanjut pada Rupiah seiring dengan berlanjutnya ketidakpastian global.
“Para pembuat kebijakan kemungkinan akan mengawasi pasar keuangan, dengan pelemahan lebih lanjut pada Rupiah dan obligasi, karena ketidakpastian global, dan ketidakjelasan yang berkepanjangan mengenai perkembangan fiskal dalam negeri yang dapat mendorong pasar untuk memperkirakan penurunan suku bunga pada kuartal ini,” tutup Radhika. (ANT)