Kredit Perbankan Tumbuh 10,30%, Capai Rp7.825 Triliun di Februari 2025

Ilustrasi - Gedung bank-bank yang tergabung dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara). (ANTARA/HO-BRI)
FAKTA.COM, Jakarta – Di tengah gejolak ekonomi, industri perbankan nasional tetap menunjukkan kinerja yang stabil dengan profil risiko terjaga.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan kredit perbankan pada Februari 2025 sebesar 10,30 persen secara tahunan atau Year-on-Year (YoY) menjadi Rp7.825 triliun. Nilai ini naik 0,03 persen dibandingkan bulan Januari 2025 sebesar 10,27 persen.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK Bulan Maret 2025 yang dilakukan secara virtual pada Jumat (11/4/2025).
“Kinerja intermediasi perbankan relatif stabil dengan profil risiko yang terjaga. Pada Februari 2025, pertumbuhan kredit tetap melanjutkan double digit growth sebesar 10,30 persen (YoY) menjadi Rp7.825 triliun,” ujar Dian.
Berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi tumbuh tertinggi sebesar 14,62 persen. Kemudian, diikuti oleh jumlah kredit konsumsi sebesar 10,31 persen. Sementara, kredit modal kerja tumbuh 7,66 persen.
Jika ditinjau dari kepemilikan, bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit, yaitu sebesar 10,93 persen (YoY). Kemudian, berdasarkan kategori debitur, kredit di segmen korporasi tumbuh sebesar 15,95 persen, sementara kredit UMKM tumbuh sebesar 2,51 persen.
“Masih di atas threshold masing-masing 50 persen dan 10 persen. Adapun Liquidity Coverage Ratio (LCR) berada di level 210,14 persen,” jelasnya.

Anggota Komisioner OJK, Dian Ediana Rae dalam konpers RDKB OJK Bulan Maret 2025 secara virtual, Jumat (11/4/2025). (Fakta.com/Kania Hani Musyaroh)
“Meskipun meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, namun rasio NPL gross dan LAR menurun dibandingkan posisi Februari 2024 yang masing-masing sebesar 2,35 persen dan 11,56 persen. Rasio LaR tersebut juga sudah di bawah level sebelum pandemi, yaitu sebesar 9,93 persen pada Desember 2019,” imbuh Dian.
Ketahanan perbankan juga tetap kuat tercermin dari permodalan dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) yang berada di level tinggi sebesar 26,98 persen. Dian mengatakan ini menjadi bantalan mitigasi risiko yang kuat di tengah kondisi ketidakpastian global.
“Sementara itu, untuk porsi kredit Buy Now Pay Later (BNPL) perbankan tercatat 0,25 persen, namun terus mencatatkan pertumbuhan yang tinggi secara tahunan. Per Februari 2025, baki debet kredit BNPL sebagaimana dilaporkan dalam SLIK, tumbuh 36,60 persen (YoY) menjadi Rp21,98 triliun, dengan jumlah rekening mencapai 23,66 juta,” tambahnya.
Lebih lanjut, terkait dengan kebijakan tarif resiprokal yang diberlakukan Amerika Serikat (AS), ia menegaskan OJK akan terus berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan termasuk meningkatkan koordinasi dan kerja sama intens antara OJK dengan stakeholders keuangan terutama perbankan.