Efek Trump, DEN Tekankan Pentingnya Perlindungan Ekonomi Domestik

Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Chatib Basri bersiap mengikuti rapat bersama Presiden di Jakarta, Rabu (19/3/2025). (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/Spt)
FAKTA.COM, Jakarta – Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Chatib Basri menyoroti pentingnya perlindungan ekonomi domestik agar Indonesia tetap tangguh di tengah dinamika efek kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Salah satu langkah utama yaitu mendorong belanja fiskal untuk meningkatkan permintaan.
“Kalau waktu kecil diajarkan hemat pangkal kaya. Dalam pemulihan ekonomi itu belanja pangkal pulih. Kalau orang belanja, maka permintaan akan terjadi,” ucap Chatib dalam kegiatan The Yudhoyono Institute (TYI) bertajuk “Dinamika dan Perkembangan Dunia Terkini: Geopolitik, Keamanan, dan Ekonomi Global” di Jakarta, Minggu (13/4/2025).
Dorongan dari permintaan itulah yang kemudian memancing dunia usaha merespons dengan meningkatkan produksi dan menyerap lebih banyak tenaga kerja.
Namun, insentif itu pun perlu dilakukan dengan menyusun skala prioritas, mengingat ruang fiskal negara cukup terbatas.
“Menurut saya, berikan prioritas pada sektor yang efek bergandanya tinggi, yang punya dampak kepada lapangan pekerjaan. Saya kasih contoh misalnya pariwisata, karena itu backward dengan forward linkage-nya sangat besar,” jelas mantan Menteri Keuangan tersebut.
Di sisi lain, perlindungan sosial juga menjadi penting. Sebab, perlindungan sosial dapat memperkuat daya beli masyarakat.
Daya beli masyarakat sudah disinyalir melemah sejak sebelum gejolak dinamika Trump. Salah satu faktornya terkait dengan porsi pekerja informal yang lebih dominan dari pekerja formal. Sementara pekerja informal umumnya memiliki upah rendah.
“Jadi, dalam konteks ini, perlindungan sosial menjadi sangat penting. Apakah itu bantuan langsung tunai (BLT), Program Keluarga Harapan (PKH), atau percepatan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang kemudian akan memperkuat daya beli masyarakat,” tuturnya.
Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) itu pun mengingatkan konsolidasi terhadap mitra menjadi penting, terutama regional ASEAN.
Pasalnya, di tengah situasi krisis, ada kecenderungan negara lebih mementingkan diri sendiri, yang berisiko memicu terjadinya instabilitas.
“Maka, konsolidasi di dalam ASEAN menjadi sangat penting,” pungkasnya. (ANT)