Kembangkan Sampah jadi Listrik, Pemerintah Gandeng Danantara

Ilustrasi - Sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, Jabar. (Dok. Dinas LH Pemprov DKI Jakarta)
FAKTA.COM, Jakarta – Pemerintah tengah fokus dalam pengembangan waste to energy alias mengubahs ambah jadi tenaga listrik. Terkait hal ini, ada dua hal baru yang dilaporkan pemerintah, yakni proses penyederhanaan regulasi hingga pelibatan Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara di dalamnya.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan dalam konferensi pers di Graha Mandiri, Jakarta, Jumat (11/4/2025).
Konferensi pers tersebut diselenggarakan usai Zulhas memimpin rapat terbatas (ratas) bersama sejumlah K/L terkait, seperti Kementerian Lingkungan Hidup, PLN, Kementerian ESDM, hingga Danantara.
Dalam kesempatan itu, Zulhas bertutur akan memangkas aturan yang menghambat pengelolaan sampah di Tanah Air. Menindaklanjuti hal tersebut, pihaknya tengah menyelaraskan upaya harmonisasi atau penggabungan tiga perpres soal pengelolaan sampah.
Menko Bidang Pangan, Zulkifli Hasan.
Menko Bidang Pangan, Zulkifli Hasan sampaikan perkembangan aturan terkait pengolahan sampah jadi listrik dalam konpers di Jakarta, Jumat (11/4/2025). (Fakta.com/Muhammad Azka Syafrizal)
Sebelumnya, Zulhas sudah pernah menyinggung upaya penggabungan tiga perpres tersebut dalam kesempatan lain, yakni Jumat (7/3/2025). Adapun beleid atau aturan yang dimaksud ialah:
- Perpres Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis.
- Perpres Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan.
- Perpres Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah di Laut.
Dengan aturan yang baru, nantinya harga listrik PLTSa akan dipatok sebesar 18-20 sen per kWh (kilowatt hour). Namun, soal penyelarasan aturan, tidak banyak hal baru disampaikan Zulhas.
Keterlibatan Danantara
Untuk menggandeng investor, pemerintah libatkan Danantara di proyek waste to energy ini. Dalam hal ini, Danantara akan berperan dalam melakukan kurasi atas investasi yang masuk, termasuk soal teknologi yang digunakan.
“Nanti yang menyeleksi teknologinya–kita minta kepada Danantara,” ujar Zulhas.
Di samping itu, dalam aspek teknis bisnis, Danantara disebut Zulhas juga bisa ikut ambil peran. Sebab, prospeknya sangat menguntungkan.
Ditemui usai konpers, Chief Investment Officer (CIO) Danantara, Pandu Sjahrir mengungkap bahwa dalam proyek ini, pemilihan teknologi menjadi hal yang utama. Sebab, aspek lingkungan tidak bisa dikesampingkan.
Dalam artian, dalam proses konversi sampah menjadi listrik, tidak ada eksternalitas negatif berupa kerusakan lingkungan yang dihasilkan. Walhasil, proyek ini benar-benar menjadi solusi dan tidak menciptakan masalah baru.
“Paling penting adalah teknologinya—harus teknologi yang baik dan bagus,” jelas Pandu.
Pandu juga menyampaikan, sudah ada beberapa negara yang tertarik untuk berinvestasi pada proyek ini. Sebab, secara hitung-hitungan bisnis dianggap sangat menguntungkan.
Chief Investment Officer (CIO) Danantara, Pandu Sjahrir.
Chief Investment Officer (CIO) Danantara, Pandu Sjahrir sampaikan potensi bisnis pengolahan sampah jadi listrik di Jakarta, Jumat (11/4/2025). (Fakta.com/Muhammad Azka Syafrizal)
Berdasarkan penuturan Pandu, negara yang tertarik untuk masuk dalam proyek ini di antaranya Jepang, Singapura, Korea Selatan, China, bahkan Eropa. Namun, Pandu masih enggan menyebutkan perusahaan spesifik yang ingin masuk.