Perdagangan IHSG BEI Dibuka Besok, Potensi Trading Halt?

Pegawai berjalan di bawah layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (5/8/2024). (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/nz)
FAKTA.COM, Jakarta – Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan kembali dibuka pada besok, Selasa (8/4/2025) usai libur panjang dan cuti bersama Lebaran 2025.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi akan dibuka melemah pada perdagangan besok. Sentimen negatif global saat ini menyelimuti pembukaan perdagangan, terutama akibat kebijakan tarif resiprokal yang kembali diberlakukan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Kebijakan ini memicu kekhawatiran investor terhadap potensi resesi global dan perang dagang yang kembali memanas.
Analis Pasar Modal dan Co-Founder Pasardana, Hans Kwee, menjelaskan bahwa keputusan Trump untuk menaikkan tarif impor pada 2 April lalu yang juga disebut sebagai "Hari Pembebasan" AS mengguncang pasar global.
Tak hanya itu, tekanan juga datang dari potensi balasan Uni Eropa dan China, serta prediksi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS maupun Eropa, The Fed dan The European Central Bank (ECB).
Ia menilai dampak langsung terasa pada pasar Asia Tenggara termasuk Indonesia yang dikenakan tarif relatif tinggi sebesar 32 persen ditambah tarif dasar 10 persen.
“Akibatnya, IHSG berpotensi melemah mengikuti jejak bursa global yang sudah terkoreksi dalam saat pasar saham Indonesia libur. Meski demikian, peluang teknikal rebound terbuka menjelang akhir pekan,” sebut Hans.
Sementara itu, Analis Panin Sekuritas, William Hartanto menyebut tekanan IHSG lebih dipicu oleh kepanikan investor domestik dibandingkan outflow asing. Ia mengatakan bahwa secara keseluruhan pada saat pasar panik maka hampir semua sektor akan mengalami pelemahan.
"Kemungkinan besar tekanan jual berasal dari pelaku pasar domestik karena kekhawatiran terhadap efek tarif Trump," ucap William.
Menurutnya, meskipun ada potensi arus keluar modal, dampaknya tidak akan sebesar bursa negara lain karena IHSG sudah lebih dulu mengalami tekanan menjelang libur.

Penurunan harga saham di sejumlah bursa di seluruh dunia akibat tarif baru Presiden Donald Trump. (Dok. BEI)
Senada dengan Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji, menilai bahwa volatilitas tinggi di pasar global akan turut menyeret IHSG.
Lebih lanjut, ia memperingatkan soal potensi lonjakan pergerakan saham saat pembukaan pasar setelah libur panjang, yang bisa memicu mekanisme penghentian transaksi sementara alias trading halt kembali diberlakukan.
“Jadi saya pikir tentunya [kebijakan tarif] ini juga memang akan berikan implikasi daripada peningkatan volatilitas pada pergerakan IHSG kita pada hari Selasa. Jadi wajar saja santer dikaitkan dengan adanya potensi trading halt, karena kita sudah menghadapi hari libur semenjak 28 Maret yang lalu. Wajar saja nanti pada pembukaan IHSG akan ada potensi gap,” jelas Nafan.
Ia juga menyarankan agar investor tetap mencermati fundamental emiten, khususnya yang memiliki tata kelola perusahaan yang baik. Dalam kondisi seperti ini, menurutnya koreksi bisa menjadi peluang beli.
“Untuk investor baru saatnya melakukan aksi akumulasi beli sebenarnya pergerakan IHSG sudah bottoming. Jadi memang otomatis IHSG ini sudah benar-benar undervalue,” ujar dia.
Senada dengan Hans Kwee, para investor disarankan untuk Buy on Weakness saat IHSG terkoreksi dalam pada awal pekan ini. IHSG diperkirakan akan bergerak dalam rentang support di 6.179 hingga 5.967 dan resistance di 6.550 hingga 6.706.
Meski dibuka dengan tekanan, pasar masih wait and see arah pergerakan indeks global dan respons kebijakan lanjutan dari pemerintah, OJK, maupun BEI.