Bursa Saham Global Anjlok Efek Tarif Trump, BEI Imbau Investor Tetap Tenang

Ilustrasi - Penurunan saham global saat krisis keuangan. (Freepik)
FAKTA.COM, Jakarta – Kebijakan tarif perdagangan yang telah diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memicu kekhawatiran di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Tarif resiprokal atau tarif timbal balik yang mencapai 54 persen terhadap lebih dari 60 negara, termasuk pengenaan tarif sebesar 32 persen untuk produk Indonesia, dianggap sebagai ancaman serius.
Kebijakan tarif impor yang telah diberlakukan ini memicu gejolak di pasar saham global sehingga sejumlah saham di berbagai negara mengalami tekanan akibat dari kebijakan tersebut.
Dalam menanggapi situasi ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengimbau kepada para investor untuk tetap tenang dan tidak panik dalam menghadapi situasi atau dinamika pasar global yang terjadi ini.
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, menegaskan kepada para investor akan pentingnya pengambilan keputusan investasi yang rasional dan berdasarkan analisis yang matang.
“Investor agar tidak panik. Lakukan analisis secara cermat dan mengambil keputusan investasi secara rasional,” ucap Jeffrey dalam keterangan tertulisnya, Minggu (6/4/2025).
Jika melihat berdasarkan data yang ada, ia mengatakan bahwa dampak negatif dari pengenaan tarif yang diberlakukan Trump ini berdampak signifikan terhadap bursa saham di Eropa dan Amerika.
Ia menilai bursa saham di negara Asia yang dikenakan tarif tinggi justru tidak memiliki dampak yang signifikan. Penurunan indeks di kawasan Asia ini relatif lebih minim dibandingkan dengan bursa saham di Eropa dan Amerika Serikat (AS).

Penurunan harga saham di sejumlah bursa di seluruh dunia akibat tarif baru Presiden Donald Trump. (Dok. BEI)
“Kalau kita lihat data maka bursa bursa negara Asia yang dikenakan tarif tinggi tidak mengalami dampak negatif yang signifikan. Tetapi justru bursa negara Eropa dan Amerika yang berdampak signifikan,” pungkasnya.
Pada perdagangan Senin (7/4/2025), bursa saham Asia dibuka melemah tajam, tentu hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran pasar terhadap kebijakan tarif baru AS sehingga memicu ketegangan dagang global.
Indeks Hang Seng di Hong Kong mencatatkan penurunan terdalam sebesar 8,7 persen, diikuti oleh Straits Times Index (STI) Singapura yang anjlok 7%. Bursa Jepang melalui Nikkei 225 turun 6 persen, sedangkan Shanghai Composite Index (SSE) Tiongkok melemah 5,5 persen.
Di kawasan ASEAN, FTSE Bursa Malaysia KLCI terkoreksi 4,2 persen serta indeks utama Filipina, PSEi, turun 4 persen.
Sementara itu, untuk saham Indonesia belum ada pergerakan dikarenakan perdagangan BEI masih ditutup karena libur lebaran dan cuti bersama. Namun, akan dibuka kembali pada besok, Selasa (8/4/2025).