Janji Kelola Investasi, Danantara Wajib Publikasikan Laporan Keuangan

Kepala BPI Danantara/Menteri Investasi, Rosan P. Roeslani saat jumpa pers usai peresmian BPI Danantara di kompleks Istana Kepresidenan RI, Jakarta, Senin (24/2/2025). (ANTARA/Mentari Dwi Gayati)
FAKTA.COM, Jakarta – Chief Executive Officer (CEO) Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara, Rosan Roeslani menegaskan bahwa sovereign wealth fund (SWF) Tanah Air itu hanya akan berinvestasi pada proyek yang matang. Hal tersebut disampaikannya dalam Keterangan Pers Sekretariat Presiden, Senin (10/3/2025) malam, di Istana Kepresidenan, Jakarta.
Dalam kesempatan itu, Rosan menyampaikan bahwa setiap proyek yang diinvestasikan oleh Danantara sudah matang, baik secara perizinan maupun hal-hal teknis lain. Dengan begitu, Danantara bisa melakukan evaluasi secara komprehensif terkait proyek tersebut.
“Apabila dari komite investasi kita sudah menyatakan ini layak untuk diinvestasikan, kita harapkan itu segera langsung berjalan. Makanya, proyek yang masuk ke Danantara adalah proyek yang sudah matang,” ujar Rosan.
Di samping itu, Rosan juga bilang bahwa Danantara sangat terbuka terhadap investor asing hingga pihak swasta untuk sama-sama berinvestasi di proyek yang sudah matang tersebut. Pasalnya, dengan proyek yang sudah matang, perhitungan risikonya akan jauh lebih baik.
“Tentunya, ini juga sesuai dengan industrialisasi yang ingin kita capai,” tegas Rosan.
Jawaban atas Kekhawatiran Danantara?
Sebelumnya, Peneliti Ekonomi CSIS, Riandy Laksono mengungkap bahwa kehadiran Danantara memiliki potensi untuk melemahkan investasi swasta. Walhasil, dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi pun bisa saja kontraproduktif.
Riandy menyampaikan, dengan Danantara yang fokus pada proyek pembangunan dalam negeri, ia mengkhawatirkan bahwa pos investasi yang sebelumnya bisa diisi oleh swasta, kini diambil alih.
“Agak susah dimasukkan nalar bahwa dengan kondisi seperti ini, bahwa growth-nya bisa lebih kencang dua sampai tiga persen,” tutur Riandy dalam diskusi di Auditorium CSIS, Jakarta, baru-baru ini.
Di sisi lain, Peneliti Ekonomi CSIS, Deni Friawan justru mengkhawatirkan Danantara akan lebih condong memilih investasi yang tidak diinginkan oleh swasta, tetapi penting untuk pembangunan. Walhasil, pilihan investasi tersebut akan berbahaya dan penuh risiko.
“Akan tetapi, walaupun dia dianggap penting, itu artinya juga kan ada risikonya. Karena kalau enggak berisiko, return-nya tinggi, swasta pasti akan ambil. Artinya dia [Danantara] akan menggarap pada investasi-investasi yang memang high risk,” ujar Deni.
Lantas, apakah pernyataan Rosan bahwa Danantara hanya akan berinvestasi pada proyek dengan perencanaan matang mampu menjawab berbagai kekhawatiran tersebut?
Dalam keterangan tertulisnya pada Selasa (11/3/2025), Ekonom Universitas Andalas, Prof. Syafruddin Karimi mengungkap hal penting yang perlu dilakukan untuk memastikan Danantara mengelola investasi dengan baik.
Pertama, Danantara perlu memublikasikan laporan keuangan secara rutin. Di samping itu, perlu ada lembaga independen yang melakukan audit. Dengan begitu, ada kontrol atas proyek-proyek yang dipilih untuk diinvestasikan.
Ia juga bilang bahwa Danantara perlu mekanisme mitigasi risiko yang baik sejak awal. Walhasil, ketika terjadi kerugian, tidak membebani APBN. Selain itu, bebas dari intervensi politik dari setiap keputusan investasinya adalah hal yang paling mutlak.
“Pengelolaan Danantara harus bebas dari kepentingan politik jangka pendek. Pengambilan keputusan investasi harus didasarkan pada prinsip ekonomi yang jelas, bukan kepentingan kelompok tertentu,” pungkas Syafruddin.