OJK Ungkap Penyebab Saham Perbankan Anjlok
-di-Bursa-Efek-Indonesia-(BEI)..jpg)
lustrasi - Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/YU/pri)
FAKTA.COM, Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) buka suara terkait penyebab yang melatarbelakangi penurunan saham perbankan yang terus alami tekanan dan bahkan menjadi pemberat anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae menyebut hal tersebut diakibatkan adanya aksi jual investor asing. Hal itu dia ungkapkan dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK Februari 2025 secara virtual di Jakarta, Selasa (4/3/2025).
“Kondisi penurunan IHSG itu dan harga saham perbankan itu tidak terlepas, misalnya dari adanya aksi jual investor asing sesuai dengan risk appetite investor asing yang dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun juga faktor internal. Faktor-faktor itu antara lain divergensi pertumbuhan ekonomi dunia yang terus melambat dan ketidakpastian pasar keuangan global yang juga masih terus berlanjut,” jelas Dian.
Faktor penguatan ekonomi Amerika Serikat (AS) serta dampak kebijakan tarif juga menahan proses disinflasi di AS dan berdampak menguatnya ekspektasi penurunan suku bunga The Fed yang lebih terbatas dalam waktu yang lebih lama. Hal ini akan membuat Dolar AS terus menguat dan memengaruhi aset-aset berdenominasi Rupiah.
“Selain itu penguatan mata uang Dolar AS, pasca-Pemilu AS juga memengaruhi bagaimana view atau pandangan investor terhadap aset-aset berdenominasi Rupiah termasuk saham-saham blue chip, seperti saham perbankan,” jelasnya.
Faktor internal yang memengaruhi antara lain kondisi likuiditas pasar dalam menyikapi situasi perkembangan global dan domestik yang masih belum stabil serta adanya penurunan daya beli masyarakat.
Namun demikian, meskipun terjadi situasi penurunan harga saham, industri perbankan tetap optimis. Pasalnya, berdasarkan hasil survei terakhir secara fundamental kinerja perbankan tetap solid dan tata kelola yang baik sehingga tetap bisa menjaga kepercayaan investor baik domestik maupun internasional.
OJK senantiasa mengimbau kepada industri perbankan untuk meningkatkan transparansi dan komunikasi yang proaktif kepada investor untuk meminimalisir asimetri information serta evaluasi gap antara kinerja yang telah dicapai dengan persepsi market. Kemudian, dengan strategi yang lebih terarah serta pengelolaan risiko improvement perbankan Indonesia juga optimis dan dapat menjaga pertumbuhan yang tetap stabil di tengah dinamika kondisi perekonomian global dan domestik.
“Sebetulnya kalau saya dapat katakan sekarang ini adalah situasinya adalah perbedaan antara persepsi market dengan kondisi bank-bank retail yang seperti yang tadi saya uraikan sebetulnya dalam kondisi yang sangat baik secara fundamental. Tapi ini adalah sesuatu yang normal terjadi seperti itu,” ucap Dian.
Lebih lanjut, sebelumnya disampaikan oleh Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon (PMDK), Inarno Djajadi, mengatakan meskipun pasar domestik saat ini di tengah situasi kelesuan tetapi OJK menyampaikan belum ada calon emiten yang menunda rencana penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO).
“Sampai saat ini kami belum melihat adanya penundaan atau pembatalan dari calon emiten yang akan IPO. Sampai saat ini kami belum melihat hal tersebut. Tercatat di kami itu ada sekitar 20 emiten yang ada dalam pipeline kita,” ungkap Inarno.
Saat ini sudah tercatat sebanyak 20 emiten yang masuk ke dalam pipeline OJK yang akan melakukan IPO. Salah satunya adalah dari sektor manufaktur, food and beverage, transportasi, dan juga beberapa bergerak di bidang jasa lainnya.