MBG saat Ramadan: Bisa Dibawa Pulang dan Ada yang Menu Kurma
-di-SDN-5-Cilangkap-Depok..jpeg)
Penyaluran program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN 5 Cilangkap Depok, Jawa Barat, Senin (6/1/2025). (Fakta.com/Kania Hani Musyaroh)
FAKTA.COM, Jakarta – Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana menjelaskan mekanisme program Makanan Bergizi (MBG) selama bulan Ramadan. Secara garis besar pelaksanaannya akan disesuaikan dengan kondisi daerah, apakah mayoritas masyarakatnya menjalankan ibadah puasa atau tidak.
Daerah yang mayoritas penduduknya menjalankan ibadah puasa akan mendapatkan makanan yang dibagikan khusus untuk berbuka. Sementara itu, daerah yang tidak mayoritas berpuasa akan tetap menerima layanan MBG seperti biasa.
“Untuk tahap awal ini, mekanisme pada daerah yang mayoritas puasa, makanannya dibawa untuk buka,” ungkap Dadan saat ditemui awal media usai Rapat Tertutup di Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Jakarta pada Senin (3/3/2025).
“Dibagikan pada saat pulang sekolah, kemudian dibawa pulang, dimakan pada saat buka. Kantongnya besoknya dibawa lagi untuk ditukar dengan kantong yang isi. Sehingga tidak ada sampah,” imbuh Dadan menjelaskan lebih detail perihal mekanisme pembagian makanannya.
Dalam upaya memastikan makanan tetap berkualitas selama dibawa hingga berbuka puasa, pihaknya memilih bahan makanan yang dapat bertahan lama.
“Semua makanan yang tahan lama, misalnya susu, telur, buah, kurma, kemudian buah yang kering untuk identifikasi. Kami hari ini terakhir mencoba sayuran-sayuran yang bisa tahan 12 jam,” imbuhnya.
Penyesuaian akan dilakukan berdasarkan kondisi daerah masing-masing dan ketersediaan bahan baku.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa daerah dengan mayoritas penduduk berpuasa dianjurkan untuk mengadakan buka puasa bersama minimal satu kali.
Selain itu, menanggapi berbagai laporan mengenai kualitas makanan yang diberikan. Ia menegaskan bahwa setiap laporan yang masuk selalu dievaluasi dengan cepat.
“Meskipun juga ada berita-berita yang kita konfirmasi ternyata misalnya ada yang basi tiga hari, ternyata tidak. Hanya sehari saja. Karena biasanya sehari basi, kemudian kami evaluasi. Besoknya sudah terjadi perbaikan-perbaikan lagi,” katanya.
Ia juga menjelaskan bahwa pengawasan terhadap program MBG dilakukan secara ketat melalui Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
“Ya, kami setelah melayani penerima manfaat di pagi hari sampai siang, sorenya kami langsung evaluasi. Dan kami evaluasi semua berita yang ada di media, masuk laporan-laporan, kroscek dan diklarifikasi,” ungkapnya.
Jika ditemukan informasi yang tidak benar, pihaknya segera melakukan klarifikasi.
“Bagi yang tidak benar, kami klarifikasi bahwa ini tidak benar. Ada yang menjadi kenyataan, memang benar sebegitu. Kemudian kami himbau, kami instruksikan untuk perbaikan sehari berikutnya. Dan biasanya sehari jadi masalah, besoknya sudah aman,” pungkasnya.