Trump Tabuh Genderang Perang, Pengamat: Rupiah Bisa Capai Level 17.000

Petugas menghitung uang pecahan Dolar AS dan Rupiah di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Jumat (2/1/2025). (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc/aa)
FAKTA.COM, Jakarta – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump memberi sinyal kesiapannya menabuh genderang perang dagang. Walhasil, pasar memberikan respon sehingga Rupiah terdampak signifikan.
Sinyal pengenaan tarif dagang kepada sejumlah negara, yakni Meksiko dan Kanada semakin kuat terdengar. Berdasarkan penelusuran Fakta.com, Trump akan mengenakan tarif dagang, Selasa (4/3/2025).
Usai kabar tersebut terdengar, Rupiah mulai meroket. Kini, Jumat (28/2/2025), kurs Rupiah bertengger di angka Rp 16.575. Namun, Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi mengungkap bahwa ke depan, besar kemungkinan Rupiah mampu mencapai level Rp 17.000.
“Seberapa kuat pun Bank Indonesia melakukan intervensi, sangat sulit sekali untuk melawan penguatan Dolar akibat perang dagang,” kata Ibrahim kepada Fakta.com, Jumat (28/2/2025).
Dihubungi terpisah, Dosen Ekonomi Moneter Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Aswin Rivai juga mengungkap hal serupa. Hematnya, ada dua faktor yang menyebabkan pelemahan Rupiah kali ini.
Pertama, di sisi eksternal ada sentimen dari tarif dagang yang akan dikenakan pada Meksiko dan Kanada, masing-masing sebesar 25 persen, berlaku Selasa (4/3/2025). Sementara itu, Aswin juga melihat adanya penyebab dari sisi domestik, yakni peningkatan permintaan Dolar untuk pembayaran utang dan barang impor menjelang Idulfitri.
“Tekanan masih akan berlanjut dan ada kemungkinan bisa mendekati 17.000, namun tentu BI akan lakukan intervensi sebelum mencapai level psikologis tersebut,” ujar Aswin kepada Fakta.com.
Benar saja, melansir publikasi Bank Indonesia, otoritas moneter Tanah Air itu melakukan sejumlah intervensi merespon dinamika pasar hari ini. Salah satunya melalui lelang SRBI (Sekuritas Rupiah Bank Indonesia).
Adapun hari ini, total lelang yang dimenangkan senilai Rp8 triliun. Dengan rincian rata-rata tertimbang penawaran yield untuk berbagai tenor sebagai berikut:
- 12 bulan : 6,5 persen
- 6 bulan : 6,39 persen
- 9 bulan : 6,47 persen
Terkait kebijakan suku bunga BI bulan depan, Aswin memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan lebih fokus terhadap stabilitas Rupiah. Artinya, suku bunga akan ditahan pada level 5,75 persen.