Peluncuran Danantara Tak Bantu IHSG Naik, Aliran Modal Asing Masih Banyak Keluar

Presiden Prabowo dan Wapres Gibran bersama mantan presiden dan wapres meluncurkan BPI Danantara di Jakarta, Senin (24/2/2025). (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/app/agr)
FAKTA.COM, Jakarta – Peluncuran Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara), tampaknya belum memberikan sentimen berarti untuk pasar modal. Sebab, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Senin (24/2/2025) usai peresmian Danantara ternyata masih saja melanjutkan tren kontraksinya.
Seperti diketahui, Prabowo Subianto telah meresmikan sovereign wealth fund (SWF) anyar milik Indonesia, Danantara. Peluncuran badan yang disebut akan mengelola aset hingga US$900 miliar ini ternyata tidak memberikan sentimen berarti bagi pasar modal Tanah Air.
Data justru menunjukkan IHSG melemah sebesar 0,8 persen atau tercatatkan di level 6.749,6 pada penutupan pasar, Senin (24/2/2025). Bahkan, beberapa saham perbankan BUMN masih melemah, seperti BMRI dan BBNI.
Chief Economist and Head of Research Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto mengungkap bahwa faktor global masih lebih mendominasi pergerakan saham Tanah Air. Adapun sentimen yang paling berpengaruh, menurut hematnya adalah ekspektasi penurunan Fed Fund Rate (FFR) yang terbatas tahun ini.
Foreign outflow dari bursa Tanah Air disebut masih sangat tinggi. Apalagi, saat ini kondisi global masih dihantui dengan ketidakpastian, terlebih imbas dari kebijakan Amerika Serikat terhadap proyeksi inflasi negara itu ke depan.
“Kami masih belum melihat kapan asing akan secara konsisten kembali masuk ke pasar saham Indonesia,” ujar Rully dalam Mirae Asset Market Commentary, Selasa (25/2/2025).
Bahkan, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), sepanjang tahun ini saja, jumlah net foreign outflow mencapai US$929,61 miliar atau jika dikonversi ke dalam Rupiah, nilainya mencapai Rp15,15 triliun. Atas catatan tersebut, Senin (24/2/2025), jumlah foreign outflow mencapai US$213,08 miliar atau Rp3,47 triliun.
Kekecewaan Pasar atas Penunjukkan Nahkoda Pimpinan Danantara
Hal sama diungkapkan oleh Ekonom INDEF, Andry Satrio Nugroho. Menurutnya, peluncuran Danantara kemarin tidak memberikan sentimen baik bagi pasar. Ia menyoroti kontraksi dalam pada IHSG yang terjadi pada hari peluncuran Danantara. Begitu juga dengan beberapa saham BUMN di bawah Danantara yang mengalami pelemahan.
“Kalau dilihat dari responnya sepertinya tidak begitu confidence gitu dari peluncuran Danantara pada pagi hari ini,” ujar Andry dalam Diskusi Publik INDEF, Senin (24/2/2025), secara daring.
Menurut Andry, respons pasar tidak cukup puas dengan penunjukkan sejumlah nama di struktur organisasi Danantara. Sebab, kepemimpinan Danantara masih diisi oleh birokrat, terutama dari kementerian. Apalagi, Direktur Operasional Danantara diisi oleh Wakil Menteri BUMN, Dony Oskaria.
Dengan begitu, ada potensi bias dalam fungsi pengawasan dan operasional. Sebab, dalam konteks ini, ada operator yang merangkap sebagai regulator. Hemat Andry, hal ini tentu akan dipertanyakan oleh investor.
“Kalau seperti ini, tetap saja diisi oleh para birokrat, diisi oleh lingkungan menteri, pastinya intervensi politik akan besar juga dalam pengelolaan aset Danantara,” tutur Andry.

Kepala BPI Danantara/Menteri Investasi, Rosan P. Roeslani saat jumpa pers usai peresmian BPI Danantara di kompleks Istana Kepresidenan RI, Jakarta, Senin (24/2/2025). (ANTARA/Mentari Dwi Gayati)