Fakta.com

Harga Terus Turun, BBRI akan Buyback Saham Rp3 Triliun di 2025

Tangkapan layar - Wakil Direktur Utama BRI, Catur Budi Harto. (Fakta.com/Kania Hani Musyaroh)

Tangkapan layar - Wakil Direktur Utama BRI, Catur Budi Harto. (Fakta.com/Kania Hani Musyaroh)

Google News Image

FAKTA.COM, Jakarta – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau emiten berkode saham BBRI ini mengungkapkan alasan perusahaan yang sebelumnya berencana melakukan buyback atau pembelian kembali saham sebesar Rp3 triliun. Jajaran direksi BRI, menegaskan bahwa langkah ini bukan hanya untuk menstabilkan harga saham yang turun tetapi juga menjadi bagian dari strategi jangka panjang.

Wakil Direktur Utama BRI, Catur Budi Harto, menjelaskan bahwa dilakukannya buyback saham ini merupakan bagian dari program kepemilikan saham bagi pekerja. Program ini telah berjalan sejak 2015 dengan tujuan untuk meningkatkan keterlibatan pekerja dalam kinerja perusahaan dan menciptakan insentif bagi mereka agar semakin berkontribusi terhadap pertumbuhan BRI.

“Jadi buyback [saham] ini tidak semata-mata dalam konteks penurunan harga saham, tetapi adalah rangkaian dalam program untuk kepemilikan saham pekerja. Program ini untuk meningkatkan engagement pekerja terhadap peningkatan kinerja perusahaan jangka panjang,” sebut Catur dalam acara “Press Conference Paparan Kinerja BRI Kuartal IV Tahun 2024” secara virtual, Rabu (12/2/2025).

Kemudian, buyback saham ini juga bertujuan memperkuat sentimen positif di pasar modal dan meningkatkan kepercayaan investor terhadap kinerja dan prospek BRI di masa depan.

“Ini [buyback saham] dilakukan sebagai bentuk bahwa ada keyakinan bagi BRI terhadap peningkatan kinerja fundamental perusahaan, sehingga pekerja perlu diberikan insentif agar bersama-sama memberikan sentimen positif terhadap pergerakan harga saham ini,” jelasnya.

Pastikan Pembagian Dividen Tahun Ini, BRI Targetkan di Kisaran 80 Hingga 85 Persen dari Laba

Direktur Utama BRI, Sunarso, optimis bahwa posisi keuangan BRI akan tetap kuat. Dengan melihat Capital Adequacy Ratio (CAR) mencapai 26 persen, nilai ini jauh di atas kebutuhan prudential yang hanya 17,5 persen. BRI juga memastikan aksi buyback ini tidak mengganggu likuiditas maupun ekspansi bisnis ke depan.

BRI menargetkan nilai dividend paid ratio di kisaran 80-85 persen dari laba, sama seperti tahun lalu. Sunarso menilai kondisi permodalan perseroan akan tetap kuat untuk ke depannya sehingga memungkinkan perusahaan membagikan dividen kepada investor. Namun, Sunarso mengatakan mengenai besaran dividen final tentu akan diputuskan pada saat Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST).

“Setiap tahun kita hanya butuh mengonsumsi CAR dua persen. Sebenarnya sampai lima tahun ke depan BRI itu tidak perlu menambah modal. Jadi artinya apa? Sampai lima tahun ke depan berapapun labanya sebenarnya layak untuk dibagi, tetapi tinggal kita harus evaluasi kira-kira untuk cover risikonya seperti apa,” ungkapnya.

Sunarso mengatakan modal yang tinggi ini akan tetap selalu dijaga dan pihaknya memastikan juga harus mampu melakukan leverage modal ini untuk meningkatkan pertumbuhan.

Tangkapan layar - Kondisi saham BBRI periode 13/1/2025-13/2/2025.

Tangkapan layar - Kondisi saham BBRI periode 13/1/2025-13/2/2025.

Di sisi lain, pergerakan harga saham BBRI selama sepekan terakhir mengalami koreksi 2,18 persen atau turun 90 bps (basis poin), bahkan sempat anjlok ke level Rp3.950. Namun, pada penutupan perdagangan Rabu (12/2/2025) kembali menguat di level harga Rp4.030.

Menanggapi tren penurunan harga saham BRI, Sunarso menegaskan bahwa hal tersebut disebabkan faktor pasar saja, melihat tren penurunan tidak hanya terjadi pada BRI tetapi juga dialami saham perbankan lainnya yang berkategori big cap. Ia menekankan bahwa perusahaan akan tetap fokus pada aspek yang bisa dikendalikan, seperti menjaga Good Corporate Governance (GCG).

Trending

Update News