Geopolitik Bergejolak, Bursa Saham Domestik Tetap Marak

Ilustrasi - Bursa Efek Indonesia (BEI). (Dok. BEI)
FAKTA.COM, Jakarta – Sejak menjelang pelantikannya hingga beberapa minggu menjabat, sejumlah pernyataan Presiden baru Amerika Serikat, Donald Trump telah membuat bursa saham seluruh dunia bergejolak.
Kebijakan Trump yang proderegulasi dan pemangkasan pajak menjadi sentimen positif sukses mengangkat Wall Street. Di sisi lain, ancaman tarif terhadap negara-negara BRICS mengguncang bursa saham regional dan lokal.
“Jadi, dinamika geopolitik dan situasi global sangat menentukan investor untuk in and out di suatu pasar modal termasuk Indonesia,” jelas Direktur Utama PT Mandiri Sekuritas, Oki Ramadhana dalam konferensi pers di Jakarta, pada Selasa (11/2/2025).
Menurut Oki, perubahan di pasar saham internasional memberikan dampak signifikan terhadap pasar modal domestik. Hal ini terjadi mengingat sekitar 35-40% saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dimiliki oleh investor asing.
Namun, meskipun tantangan eksternal terus ada, dia optimis fundamental para emiten tersebut tetap sangat solid.
“Jadi, kalau kita lihat sebenarnya fundamental dari perusahaan-perusahaan yang ada sekarang di pasar modal kita itu masih sangat baik sekali,” ucapnya.
Salah satu faktor yang menjadi alasan bagi investor asing untuk tetap tertarik dengan pasar modal Indonesia adalah potensi kesehatan dan pertumbuhan perusahaan yang tinggi.
Perusahaan-perusahaan di Indonesia saat ini tengah menggali berbagai peluang untuk mendorong pertumbuhan yang cepat dan sejalan dengan agenda pembangunan negara.
Menurut Oki, hal ini menjadi faktor penting yang membuat investor asing tetap melihat Indonesia sebagai tujuan investasi, mengingat potensi pertumbuhannya yang luar biasa di masa depan.
Seperti halnya di sektor hilirisasi yang saat ini tengah digencarkan. Investasi di bidang ini tercatat melonjak signifikan.
Menurut catatan Equity Analyst Indo Premier Sekuritas (IPOT) dalam rilis tertulisnya pada (3/2/2025), investor asing tetap tertarik pada industri pertambangan dan pemurnian logam Indonesia.
IPOT mencatat bahwa di luar sektor keuangan serta minyak dan gas, Foreign Direct Investment (Investasi Asing Langsung) melonjak 33,3 persen secara tahunan (yoy) mencapai Rp245,8 triliun pada kuartal IV-2024.
Kondisi ini terutama didorong setelah adanya larangan ekspor bijih nikel sejak 2020 yang bertujuan untuk menarik investasi dalam rantai pasok kendaraan listrik (EV).
Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero), Darmawan Junaidi.
Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero), Darmawan Junaidi dalam konferensi pers di Jakarta, pada Selasa (11/2/2025). (Fakta.com/Trian Wibowo)
Terkait potensi pertumbuhan yang dilihat dalam lanskap peluang investasi, Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero), Darmawan Junaidi, mengatakan bahwa sejak 2021 strategi dorongan investasi tidak dilakukan dalam skala nasional.
Sektor investasi yang dilakukan oleh Perseroan, kini berfokus pada sektor unggulan di setiap kawasan, bukan secara nasional.
“Tetapi sebetulnya unggulannya itu seperti apa yang akan membuat ekonomi kita itu resiliensi,” ungkap Darmawan.
Ia mencontohkan, misalnya di Pulau Sumatra, sektor yang dominan adalah perkebunan, pertanian, dan hilirisasi, terutama yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur energi.
Sementara itu, di Kalimantan, sektor pertambangan mineral dan perkebunan sawit lebih berkembang, di samping sektor transportasi logistik yang melibatkan perkapalan.
“Nah seperti tadi saya sampaikan bahwa kita sudah sejak tahun 2021, kami memetakan secara PDRB,” pungkasnya.