Pengguna KRL 2025 akan Capai 383 Juta, KCI Siapkan 23 KRL Baru dan "Smart Station"

Direktur Utama KCI, Asdo Artriviyanto (kanan) dalam konferensi pers di Stasiun Juanda, Jakarta, Kamis (30/1/2025). (Fakta.com/Trian Wibowo)
FAKTA.COM, Jakarta – PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) memproyeksikan volume pengguna KAI Commuter pada tahun ini akan mencapai 383 juta penumpang. Angka ini mengalami kenaikan 2,48 persen dibandingkan dengan 2024 yang sebanyak 374 juta penumpang.
Proyeksi ini mencakup total volume pengguna di enam wilayah operasional KAI Commuter. Wilayah Jabodetabek masih menjadi penyumbang terbesar, dengan proyeksi volume penggunanya mencapai 334 juta atau 89 persen dari total volume pengguna.
"Memang peningkatannya tidak terlalu signifikan, tapi tetap ada peningkatan dengan kita proyeksikan. Ini disesuaikan dengan kondisi sarana yang masih mengalami keterbatasan,” ungkap Direktur Utama KCI, Asdo Artriviyanto dalam konferensi pers di Stasiun Juanda, Jakarta, Kamis (30/1/2025).
Penambahan Armada pada 2025
Meskipun proyeksi peningkatan pengguna tidak terlalu besar, Asdo menyebutkan bahwa angka tersebut akan meningkat seiring dengan akan adanya kapasitas tambahan. Ia mengatakan akan ada 23 armada baru di tahun ini
“Jadi total ada 23 KRL baru nantinya. Mudah-mudahan di Semester II nanti akan terasa dampak peningkatan kapasitasnya,” jelas Asdo.
Pengadaan armada baru ini terdiri dari 11 unit yang akan datang dari Tiongkok dan 12 trainset akan diproduksi oleh INKA.
Asdo menjelaskan bahwa proses ini memerlukan waktu, dan saat ini sebagian KRL masih dalam tahap produksi, sementara yang lainnya masih dalam pengiriman.
“Untuk impor, tahun lalu kita sampaikan bahwa kontrak di 31 Januari rencana diproduksi itu 13 bulan. Kalau yang INKA ini sesuai kontraktual nanti di Juli, paling cepat di bulan Juli,” imbuh Asdo.
Namun, sebelum beroperasi, KRL baru ini harus terlebih dahulu menjalani uji dinamis sejauh 4.000 km di sepanjang lintasan Jabodetabek.
“Nanti setelah datang KRL baru ini, kita perlu menyesuaikan dengan aturan DJKA (Direktorat Jenderal Kereta Api). Untuk uji pertama itu adalah sejauh 4.000 km,” jelas Asdo.
Gagas "Smart Station" di Beberapa Stasiun
Terkait sarana yang menurutnya masih mengalami banyak keterbatasan, Asdo mengatakan bahwa sejumlah program untuk peningkatan fasilitas akan dilakukan. Ia mendorong pembangunan fasilitas dengan konsep smart station di beberapa stasiun.
“Smart station ini akan kita bangun di Stasiun BNI City dan Stasiun Sudirman Baru sebagai percontohan smart station,” ungkapnya.
Smart station yang Asdo maksud termasuk transformasi digital dalam sistem loket pembelian tiket.
Pada tahun ini, KCI akan meluncurkan sistem top-up menggunakan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) dengan beberapa bank, yang nantinya akan menggantikan sistem loket-loket konvensional. Semua transaksi dan layanan akan dilakukan secara digital.
“Ini memang kita menyesuaikan dengan market ya. Jadi nanti untuk awalnya akan kita coba di stasiun-stasiun besar yang mayoritas masyarakatnya sudah familiar dengan QRIS. Kalau untuk yang di daerah-daerah, tetap kita bisa layani secara manual melalui loket,” ungkapnya.
Selain terkait digitalisasi, smart station juga akan berfokus pada pemasangan wind turbine (kincir angin) di Stasiun BNI City.
“Wind turbine di BNI City ini akan memanfaatkan setiap KRL yang lewat untuk menggerakkan turbin ini, dan ini menghasilkan listrik yang bisa untuk memenuhi kebutuhan. Meskipun daya listriknya belum terlalu tinggi, tapi minimal bisa untuk memenuhi kebutuhan listrik dari beberapa perangkat yang kita pasang di stasiun,” pungkasnya.














