Minim Perkembangan Ekonomi Digital RI Efek SDM yang Masih Minus

Ilustrasi - Transaksi keuangan digital. (Unsplash)
FAKTA.COM, Jakarta – Data yang dihimpun oleh Google bersama Temasek dan Bain & Co mencatat bahwa ekonomi digital di Indonesia tumbuh dengan rata-rata sebesar 6 persen sejak 2022. Nilai Gross Merchandise Value (GMV) Indonesia diprediksi akan terus tumbuh hingga US$200-360 miliar pada 2030.
Gross Merchandise Value (GMV) adalah nilai total barang yang terjual dalam periode waktu tertentu. GMV merupakan metrik yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan bisnis, khususnya di sektor digital.

Proyeksi ekonomi digital di Indonesia. (Dok. Google, Temasek, dan Bain & Co)
Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, mengungkapkan bahwa saat ini Indonesia masih memerlukan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) untuk menarik para investor di bidang ekonomi digital agar masuk ke Indonesia.
Oleh karena keterbatasan SDM sektor digital hari ini, Nailul meragukan proyeksi Google tersebut.
“Kalau kita lihat memang kenapa sih perusahaan-perusahaan global teknologi itu tidak mau berinvestasi di Indonesia? Salah satu jawabannya karena SDM,” ungkapnya dalam diskusi “Digital Economy: Mendorong Inovasi Teknologi Untuk Akselerasi Transformasi Digital” Economic Outlook 2025 di Jakarta pada Kamis (30/1/2025).
“Tren ekonomi digital di Indonesia sudah mencapai titik puncaknya di 2021 dan 2022. Pada 2023 dan 2024 pertumbuhannya kembali ke kondisi normal seperti sebelum pandemi COVID-19. Jadi, kalau disebut potensi mencapai US$200 miliar, kita cukup ragu dengan hal tersebut,” tambahnya.
Ia mengatakan bahwa dari sisi investasi, para investor global sudah mengurangi jatah investasinya untuk start-up digital di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Tren penurunan ini sudah terjadi pada rentang 2021-2024.
Celios mencatat, pada 2021, investasi bisa mencapai Rp144 triliun yang masuk ke start-up digital. Kemudian, pada 2022 turun menjadi sekitar Rp63 triliun, dan terus turun lagi pada tahun-tahun berikutnya.
Nailul mengungkapkan bahwa dalam pengembangan ekonomi digital di Indonesia saat ini masih tertinggal apabila dibandingkan negara lainnya.
“Bukti yang pertama ketika kita melihat dari peringkat Global Innovation Index (GII), kita masih tertinggal dari Vietnam dan sebagainya,” ungkapnya.
Kemudian, bukti yang kedua Nailul mencontohkan perusahaan besar yang enggan berinvestasi di Indonesia, seperti Apple dan Microsoft karena melihat sisi inovasi di Indonesia yang masih kurang. Hal ini tentu berkaitan dengan kualitas SDM.
Ia mengapresiasi terkait dengan kinerja Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) yang pada saat ini fokusnya sudah diperluas hingga kepada pengembangan dan peningkatan kualitas SDM internal karena sebelumnya hanya lebih terfokus pada infrastruktur digital. Hal tersebut menjadi fokus yang sangat bagus dalam upaya meningkatkan kapasitas SDM di sektor ekonomi digital Indonesia.