Capaian SDGs Indonesia Tertinggi di Antara Negara Menengah ke Atas

Sekretaris Kementerian PPN/Bappenas, Teni Widuriyanti. (Fakta.com/Trian Wibowo)
FAKTA.COM, Jakarta – Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia (Kementerian PPN/Bappenas) menegaskan komitmen Indonesia dalam mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
“Indonesia telah menunjukkan komitmen kuat terhadap tujuan global ini, yang tercermin dalam integrasi SDGs dalam rencana pembangunan nasional melalui berbagai dokumen strategis seperti Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPN),” ucap Sekretaris Kementerian PPN/Bappenas, Teni Widuriyanti di Jakarta.
Menurutnya setiap Indikator dalam SDGs juga memberikan peran inti dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Teni menyebut kalau Indonesia telah diakui secara global atas komitmennya dalam mewujudkan SDGs.
Salah satunya, Sustainable Development Solutions Network (SDSN) memberikan pengakuan kepada Indonesia sebagai negara dengan komitmen terbesar di Asia-Pasifik, dengan pencapaian 60% dari target-target SDGs. Capaian ini merupakan yang tertinggi di antara negara berpenghasilan menengah ke atas.
Sebagai Koordinator Nasional implementasi SDGs, Bappenas memiliki peran sentral dalam memastikan keberlanjutan menjadi bagian utama dalam setiap level pemerintahan, dari kementerian di pusat hingga pemerintah daerah. Perencanaan yang terkoordinasi, pemantauan berbasis data, dan kolaborasi antar-pemangku kepentingan merupakan pilar-pilar penting yang mendorong transformasi menuju pembangunan berkelanjutan.
%2C-Jeffrey-Sachs.-.jpeg&w=1920&q=75)
Presiden Sustainable Development Solutions Network (SDSN), Jeffrey Sachs. (Fakta.com/Trian Wibowo)
Pada kesempatan yang sama, Presiden SDSN, Jeffrey Sachs, menekankan pentingnya integrasi antar elemen dalam perencanaan.
“Ini luar biasa untuk menggabungkan pertimbangan ekonomi, sosial, lingkungan, dan geopolitik internasional dalam sebuah rencana. Ini bukanlah hal yang mudah,” ujar Jeffrey.
Jeffrey juga menyampaikan bahwa salah satu transformasi fundamental dalam perencanaan adalah di sektor energi. Saat ini, perencanaan tidak lagi hanya fokus pada modal sebagai kunci pertumbuhan, tetapi lebih mengarah pada memastikan keberlanjutan lingkungan menjadi inti dari strategi ekonomi dan sosial.
Menurutnya, transformasi sektor energi ini bukanlah hal yang sepele. “Oleh karena itu, kebutuhan untuk transformasi ini sudah sangat jelas. Mengubah sistem energi itu sangat sulit, seperti yang kalian ketahui lebih baik dari siapa pun, terutama ketika ekonomi sangat bergantung padanya,” imbuhnya.
Mengubah sistem energi diibaratkan seperti melakukan transplantasi organ yang fundamental dari sistem tubuh sambil memastikan pasien tetap bergerak, sehat, tumbuh, dan dinamis. Artinya, tantangan besar dalam transformasi ini terletak pada sisi infrastruktur yang memerlukan waktu lama untuk bertransformasi.
“Jadi, ini adalah tantangan besar dan membutuhkan waktu setidaknya seperempat abad untuk melaksanakannya, karena infrastruktur perlu diubah,” tambahnya.