OJK Kritisi Penurunan Kinerja LQ45 2024
-Mahendra-Siregar..jpeg)
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (2/1/2025). (ANTARA/Muhammad Heriyanto)
FAKTA.COM, Jakarta - Pada pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) 2025 di Jakarta, Kamis (2/1/2025), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, menyoroti kinerja indeks LQ45 pada 2024 yang melemah. Mahendra juga mengungkapkan bahwa masih banyak ruang perbaikan yang harus dilakukan dari kinerja 2024 dengan memperkuat integritas pasar modal pada 2025.
“Indeks LQ45 yang berisi saham-saham perusahaan terbesar dan paling likuid, serta biasanya menjadi rujukan investasi fund manager global dan domestik, justru melemah 15,6%,” ungkap Mahendra.
Rentang antara tingkat tertinggi dan terendah indeks di 2024 merefleksikan volatisitas yang luar biasa di pasar modal global sebagai dampak perekonomian dunia yang mengalami tantangan berat.
Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk merealisasikan ruang dan potensi pertumbuhan pasar modal yang masih sangat besar diperlukan penguatan ekosistem pasar modal.
Selaras dengan kinerja perekonomian nasional, berbagai indikator kinerja pasar modal 2024 menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik. IHSG 2024 pada Senin, 30 Desember ditutup di level 7.079,91. Angka ini turun -2,65% dibanding 2023, namun masih di atas level terendah 6.726,92 pada 19 Juni 2024.
Kinerja pasar modal yang positif mendukung target pertumbuhan ekonomi nasional. Mahendra mengungkapkan bahwa pada 2025, OJK dan seluruh pemangku kepentingan termasuk Bank Indonesia (BI) akan berkomitmen untuk mengimplementasikan berbagai program strategis pemerintah yang difokuskan pada penguatan dan pengembangan pasar modal.
OJK mengungkapkan peningkatan kuantitas dan kualitas perusahaan tercatat, dilaksanakan dari berbagai inisiatif termasuk meningkatkan porsi saham free float dan mendorong perusahaan dengan kapitalisasi besar untuk melantai di bursa, mengembangkan produk baru dan optimalisasi pemanfaatan produk pasar modal yang existing termasuk bursa karbon dan produk Environmental, Social, and Governance (ESG).
Penguatan anggota bursa (AB) dan manajer investasi (MI) juga menjadi prioritas melalui peningkatan kapasitas, tata kelola, pengendalian internal, manajemen risiko, dan kepatuhan anggota bursa dan MI termasuk keamanan teknologi informasi dan operasional.
“Kami menyampaikan komitmen untuk terus menjaga sinergi dan kolaborasi antarseluruh pemangku kepentingan dalam mewujudkan industri pasar modal yang tidak hanya menjadi pilar perekonomian nasional tetapi mendukung visi Indonesia Emas dan pembangunan berkelanjutan,” jelasnya.