Inflasi Rendah Tak Selalu Indikasi Ekonomi Positif, Kok Bisa?

Ilustrasi Inflasi BI. (Dok. Bank Indonesia)
FAKTA.COM, Jakarta - Sepanjang tahun ini, tingkat inflasi Indonesia cenderung terjaga di level yang rendah. Bahkan, trennya kerap mengalami penurunan. Namun, apakah hal tersebut merupakan indikasi yang baik?
Menanggapi hal tersebut, Direktur CORE Indonesia, Mohammad Faisal mengatakan, inflasi tidak bisa hanya dinilai dari angkanya saja. Dalam artian, angka inflasi yang rendah belum tentu baik, begitu juga sebaliknya.
“Jadi artinya inflasi yang tinggi itu bisa bagus bisa jelek tergantung sebabnya apa,” ujar Faisal kepada Fakta.com, Selasa (24/12/2024).
Ia menambahkan, apabila inflasi rendah ternyata didorong oleh lemahnya demand justru mengindikasikan hal yang buruk. Namun, apabila inflasi rendah tersebut disebabkan oleh pengendalian harga yang baik, maka itu merupakan hal yang bagus.
Sebaliknya, apabila inflasi tinggi karena didorong oleh peningkatan demand, hal tersebut justru mengindikasikan kondisi perekonomian yang baik.
“Makanya di beberapa momen, misalnya termasuk di masa-masa pasca-krisis itu, inflasi meningkat karena permasalahan kemampuan untuk mendorong sisi produksi, ketika demand-nya sudah pulih seperti kemarin setelah pandemi ya. Pada saat pandemi inflasinya rendah karena ekonominya sedang sakit,” jelas Faisal.
Kendati begitu, apabila inflasi sudah berada di atas tingkat yang normal, misalnya 10 persen atau bahkan lebih, Faisal mengatakan hal tersebut menunjukkan kondisi yang kurang baik.
Adapun sampai akhir tahun ini, Faisal memperkirakan tingkat inflasi Indonesia tidak akan menyentuh 1,5 persen. Menurutnya, ini terlalu rendah sehingga mengindikasikan kondisi perekonomian yang kurang baik.
“Dimana itu banyak disebabkan oleh faktor demand tadi,” pungkas Faisal.
Sementara itu, Direktur Riset Bright Institute, Muhammad Andri Perdana mengungkapkan hal serupa. Menurutnya, apabila tingkat inflasi tinggi, tetapi pertumbuhan ekonomi stagnan, justru hal tersebut semakin memperburuk kondisi masyarakat.
Sebagai informasi, kerangka target inflasi yang ditetapkan Bank Indonesia saat ini adalah 2,5±1 persen atau berarti dalam rentang (1,5-3,5) persen.
Namun, apakah penetapan batas inflasi tersebut menghambat akselerasi perekonomian?
Menurut Andri, faktor yang membatasi perekonomian saat ini, bukanlah kerangka target inflasi yang ditetapkan, melainkan suku bunga yang tinggi sebagai respons dari kondisi global.
“Mungkin dari BI ini walaupun merespons kondisi sekarang, dia juga bertanggung jawab karena menahan suku umum yang tinggi. Hal itu yang membuat bisnis sulit untuk berkembang ya dari segi pemberian lapangan pekerjaan ataupun ekonomi,” jelas Andri.
Ia menambahkan, berapa pun target inflasi yang ditetapkan, apabila tingkat suku bunga tetap tertahan tinggi karena BI harus menjaga nilai tukar, maka sulit untuk mengakselerasi ekonomi.