Apa itu Neraca Transaksi Berjalan? Apa Pentingnya Buat Negara?

Ilustrasi, Freepik.
FAKTA.COM, Jakarta - Sejumlah ekonom memperkirakan defisit neraca transaksi berjalan melebar hingga tahun depan. Meskipun, defisit transaksi berjalan Indonesia di Kuartal III 2024 menipis.
Berdasarkan rilis Bank Indonesia, Kamis (21/11/2024), defisit neraca transaksi berjalan dicatatkan sebesar US$2,2 miliar atau 0,6% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Lantas, apa sebetulnya neraca transaksi berjalan?
Dosen Ekonomi Moneter Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Aswin Rivai mencoba menjelaskan neraca transaksi berjalan dengan sederhana. Menurut Aswin, neraca transaksi berjalan adalah catatan tentang semua uang yang keluar dan masuk dari suatu negara terkait dengan perdagangan dan investasi internasional.
“Bayangkan, negara seperti orang yang menjual barang dan jasa ke luar negeri, serta membeli barang dan jasa dari luar negeri,” jelas Aswin saat dihubungi Fakta.com, Jumat (22/11/2024).
Komponen pembentuk neraca transaksi berjalan
Aswin mengungkapkan, setidaknya ada tiga bagian utama yang tercatat dalam neraca tersebut;
1. Perdagangan barang dan jasa: Catatan untuk perdagangan barang dan jasa penting untuk melihat, apakah negara menjual lebih banyak barang dan jasa ke luar negeri (surplus), atau membeli lebih banyak dari luar negeri (defisit)?
2. Pendapatan dari investasi: Catatan ini juga penting untuk melihat apakah negara mendapatkan lebih banyak uang dari investasi di luar negeri ketimbang yang dibayar ke luar negeri?
3. Transfer internasional: Ini termasuk uang yang dikirim oleh pekerja Indonesia di luar negeri ke keluarganya di Indonesia.
Dengan demikian, jika neraca transaksi berjalan mencatatkan surplus, itu berarti negara tersebut menghasilkan lebih banyak uang dari luar negeri dibandingkan dengan yang dibelanjakan ke luar negeri. Sebaliknya, jika uang lebih banyak mengalir ke luar negeri ketimbang masuk ke dalam negeri, artinya neraca transaksi berjalan tercatat defisit.
“Secara singkat, neraca transaksi berjalan memberi tahu kita apakah negara tersebut dalam posisi yang lebih kuat atau lemah dalam hal perdagangan dan finansial internasional,” tutur Aswin.
Apa yang terjadi jika transaksi berjalan defisit?
Aswin menjelaskan, defisit transaksi berjalan bisa mempengaruhi potensi pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Mengapa demikian?
Ia bilang, jika suatu transaksi berjalan dicatatkan defisit, artinya negara tersebut meminjam dari luar negeri untuk membiayai konsumsi dan investasi.
“Dalam jangka panjang, ini bisa menambah beban utang, yang berisiko membatasi kemampuan pemerintah untuk berinvestasi dalam proyek jangka panjang dan memperlambat pertumbuhan ekonomi,” jelas Aswin.
Kemudian, defisit yang berkelanjutan bisa melemahkan mata uang negara tersebut. Sebab, permintaan terhadap mata uang asing meningkat untuk membayar impor atau utang.
Di samping itu, kondisi tersebut juga dapat mempengaruhi kepercayaan investor. Hal ini bisa mengurangi investasi asing dan menyebabkan arus modal keluar.
“Ingat, investor biasanya lihat Current account deficit dan indeks harga saham gabungan sebelum investasi ke Indonesia,” kata Aswin, menambahkan.
Antara neraca transaksi berjalan dan nilai tukar mata uang
Dihubungi terpisah, Direktur Riset Bright Institute mengatakan, kondisi defisit transaksi berjalan memiliki dampak utama kepada stabilitas nilai tukar rupiah. Hal ini, juga berpengaruh terhadap potensi pertumbuhan ekonomi di suatu negara.
“Jika nilai tukar rupiah semakin melemah, maka pertumbuhan ekonomi akan terhambat karena naiknya beban pemerintah dan swasta,” kata Andri kepada Fakta.com, Jumat (22/11/2024).
Bahkan, Andri bilang dalam nota keuangan RAPBN 2025, terdapat simulasi yang menunjukkan bahwa pelemahan rupiah sebesar Rp 100/USD saja dapat menambah defisit (APBN) sebesar Rp 3,4 triliun.
“Yang mana akan mengurangi ruang fiskal terhadap program-program percepatan pertumbuhan ekonomi oleh pemerintah ke depan,” ucap Andri.
Meski begitu, Aswin bilang defisit neraca transaksi berjalan tidak selalu memiliki konotasi negatif. Dalam beberapa kasus, defisit dapat mencerminkan kondisi negara yang sedang berinvestasi untuk pertumbuhan masa depan.
Misalnya penggunaan modal asing digunakan untuk membangun infrastruktur atau sektor industri yang produktif.
“Yang penting adalah apakah defisit tersebut terkendali dan bagaimana negara dapat mengelola utang luar negeri serta tekanan terhadap mata uang,” pugkas Aswin.
Informasi saja, Bank Indonesia mencatat defisit transaksi berjalan Indonesia kuartal III 2024 di angka US $2,2 miliar atau 0,6% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).