Begini Kondisi Ekonomi Global Terkini dan Dampaknya ke Indonesia

Peta ekonomi dunia. (Dokumen IMF)
FAKTA.COM, Jakarta - Ketidakpastian pasar keuangan global dan peningkatan eskalasi konflik geopolitik memberikan pengaruh terhadap perekonomian di negara berkembang,. Tak terkecuali bagi Indonesia.
Update situasi tersebut dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia disampaikan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Komisioner, Jumat (1/11/2024).
Menurut penuturannya, ada peningkatan pada risiko geopolitik dan perlambatan aktivitas perekonomian global. Adapun hal tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang mengalami divergensi di antara negara-negara utama.
Kondisi perekonomian negara-negara utama
Salah satu yang paling disorot tentu saja Amerika Serikat. Negara Paman Sam inimenunjukkan perkembangan lebih baik dari ekspektasi semula hingga Tiongkok yang masih tertekan.
Mahendra bilang, perbaikan perekonomian Amerika Serikat salah satunya ditunjukkan oleh solidnya pasar tenaga kerja.
Merujuk data U.S. Bureau of Labor Statistics, tingkat pengangguran di Amerika Serikat mulai menurun secara perlahan. Per September tahun ini, tingkat pengangguran berhasil ditekan hingga angka 4,1%. Di samping itu, angka inflasi juga berhasil ditekan hingga 2,4%.
Untuk Tiongkok, Mahendra mengatakan hingga triwulan III tahun ini, pertumbuhan ekonomi masih menunjukkan perlambatan. Dapat dilihat pada data di bawah ini, sepanjang tahun ini, sejak triwulan I, pertumbuhan ekonomi Tiongkok masih dalam tren yang melambat.
“Baik dari sisi permintaan maupun pasokan sehingga mendorong pemerintah dan bank sentral terus mengeluarkan berbagai stimulus di Tiongkok,” kata Mahendra.
Di tengah berbagai situasi tersebut, Mahendra bilang Indonesia tetap menjaga kinerja perekonomian dengan relatif stabil. Hal tersebut ditunjukan dari inflasi inti yang terjaga dan surplus neraca perdagangan.
“Namun perlu dicermati, Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur yang masih berada di zona kontraksi serta pemulihan daya beli yang berlangsung relatif lambat,” ujar Mahendra
Seperti diketahui, PMI Manufaktur Indonesia masih dalam zona kontraksi. Per Oktober, angka PMI Manufaktur Indonesia berada di angka 49,2, angka ini sama dengan bulan sebelumnya.
Peningkatan harga emas dan andilnya terhadap inflasi Indonesia
Mahendra mengatakan, seiring meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global dan risiko geopolitik. Terjadi peningkatan pada harga komoditas yang dianggap sebagai safe haven, seperti emas.
Merujuk kepada rilis Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini, diketahui bahwa harga emas menjadi kontributor terbesar inflasi bulan Oktober tahun ini, baik secara bulanan maupun tahunan.
Adapun untuk inflasi bulanan, komoditas emas perhiasan memberikan andil sebesar 0,06%, sedangkan untuk inflasi tahunan, besar andilnya adalah 0,35%. Atas catatan tersebut, tingkat inflasi mtm sebesar 0,08% dan yoy berada di angka 1,71%.
Di samping itu, Mahendra juga bilang bahwa perkembangan tersebut menyebabkan premi risiko meningkat dan kenaikan yield secara global sehingga mendorong aliran modal keluar dari negara berkembang, termasuk Indonesia.