Investasi Era Jokowi Penuh Pencapaian, Lapangan Kerja Masih jadi Persoalan

Menteri Investasi/Kepala BKPM, Rosan Roeslani saat memaparkan pencapaian realisasi investasi kuartal III-2024, Selasa (15/10/2024). (Dokumen Fakta.com/Muhammad Azka Syafrizal)
FAKTA.COM, Jakarta - Capaian investasi era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah berakhir. Dalam 10 tahun terakhir, total investasi yang terkumpul mencapai Rp8.252,6 triliun.
Catatan itu setara 84,8% dari total target yang ditetapkan. Termasuk realisasi investasi di sepanjang Januari-September 2024.
Menurut Menteri Investasi/Kepala BKPM, Rosan Roeslani, sepanjang periode itu realisasi investasi mencapai Rp1.61,4 triliun. Angka itu setara 76,4% dari target Jokowi tahun ini Rp1.650 triliun.
"Namun dari sisi rencana strategis, realisasi investasi sudah tercapai," kata Rosan, Selasa (15/10/2024).
Menurut Rosan, sesuai rencana strategis, target investasi Rp1.293,3 triliun. Dengan begitu, catatan hingga September sudah terealisasi 101,8%.
Meski begitu, Rosan mengakui, pihaknya telah sepakat untuk mencapai target Jokowi Rp1.650 triliun. Artinya, target tersebut masih kurang Rp388,6 triliun.
Di sisi lain, Rosan mengklaim, realisasi investasi era pemerintah Jokowi telah menciptakan sekitar 13 juta lapangan pekerjaan. Rosan menuturkan bahwa selama ini tren investasi selalu sejalan dengan penyerapan tenaga kerja.
"Adapun untuk realisasi investasi kuartal III tahun ini, jumlah tenaga kerja yang diserap sebesar 650.172 orang," ucap Rosan.
Sementara itu, jika diakumulasi dalam periode Januari-September tahun ini, serapan tenaga kerja dari investasi yang masuk sejumlah 1.875.214 orang. Kemudian, selama kepemimpinan Jokowi, jumlah tenaga kerja yang diserap dari masuknya investasi adalah 13.836.775 orang.
“Ini tentunya tenaga kerja selalu menjadi salah satu parameter kita dalam meningkatkan investasi yang ada di Indonesia,” kata Rosan menambahkan.
Meski angka serapan tenaga kerjanya besar, Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal mengatakan rasio investasi yang masuk dengan penyerapan tenaga kerja di Indonesia kian menurun.
“Sekarang kan makin kesini penciptaan lapangan pekerjaan dari investasi itu relatif berkurang rasionya,” kata Faisal kepada Fakta.com, Selasa (15/10/2024).
Menurut Faisal, tren investasi belakangan ini lebih banyak investasi padat modal. Walhasil, tidak begitu efektif dalam menyerap tenaga kerja.
Pernyataan Faisal sejalan dengan, struktur tenaga kerja di Indonesia. Selama sepuluh tahun terakhir, hampir tidak ada perubahan pada struktur tenaga kerja di Indonesia, dominasinya masih pada tenaga kerja informal.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah tenaga kerja informal mencapai 84,13 juta per Februari 2024. Angka itu naik 13,43 juta orang dalam kurun waktu 10 tahun. Artinya, jumlah itu meningkat 18,9% dari Februari 2014 atau sebanyak 70,7 juta orang.
Sebelumnya, Pengamat Ketenagakerjaan Universitas Gadjah Mada, Arif Novianto mengungkap hal ini menunjukkan sulitnya ketersediaan lapangan pekerjaan di sektor formal.
“Ini permintaan yang cukup besar, tetapi penawaran dalam konteks pekerjaan formal itu semakin sedikit,” kata Arif kepada Fakta.com, beberapa waktu lalu.