Tenaga Kerja Informal Meninggi, Apa Kabar Program Kartu Prakerja?

Ilustrasi. (Dokumen Kartu Prakerja)

FAKTA.COM, Jakarta - Soal kebutuhan lapangan pekerjaan layak, selain mendorong manufaktur, hal yang dapat didorong adalah peningkatan sektor jasa berketerampilan tinggi.

Indonesia masih dihadapkan dengan sulitnya ketersediaan lapangan pekerjaan layak. Fakta tersebut tercermin dari tingginya serapan tenaga kerja informal.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah tenaga kerja informal mencapai 84,13 juta per Februari 2024. Angka itu naik 13,43 juta orang dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Artinya, jumlah itu naik 18,9% dari Februari 2014 sebanyak 70,7 juta orang.

17,5 Juta Pendaftar Prakerja Didorong Melek Keuangan

Dalam sebuah diskusi, Senin (9/9/2024), Dosen SBM ITB, Yorga Permana merumuskan beberapa rekomendasi kebijakan untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Di antaranya adalah mendorong industrialisasi sektoral dan serapan tenaga kerja jasa berketerampilan tinggi.

“Alternatif lain selain manufaktur yang harus didorong oleh pemerintah adalah sektor jasa berketerampilan tinggi,” kata Yorga.

Melalui kanal Instagramnya, Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara merilis realisasi program Kartu Prakerja, per 31 Juli 2024. Dari rilis tersebut, 5 dari 47 kategori pelatihan yang banyak diminati kebanyakan pada jasa berketerampilan tinggi, seperti:

Adapun anggaran yang direalisasikan sebesar Rp4,45 triliun atau sebesar 89,18% dari DIPA yang sebagian besar dialokasikan untuk pelatihan dan insentif, yakni Rp4,35 triliun.

Meski begitu, efektivitas kartu prakerja dalam mendorong masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan layak masih perlu diperhatikan.

Merujuk kepada dokumen Laporan Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja. Dalam periode (2020-2023), dari gelombang 1-62, jumlah penerima efektif Kartu Prakerja sebesar 17.568.342 orang yang berasal dari 514 Kabupaten/Kota.

Dalam dokumen tersebut juga tertuang pernyataan bahwa program prakerja mampu meningkatkan pendapatan penerima 15,5%-16,7% atau Rp234.000-Rp264.000 dibanding nonpenerima per bulan secara rata-rata.

Potret Tenaga Kerja Informal yang Kian Meninggi di Era Jokowi

Namun, fakta tersebut justru kontraproduktif dengan serapan tenaga kerja informal yang secara persentase tidak banyak berubah dan tetap dominan, yakni rata-rata 10 tahun terakhir 58,65%. Bahkan, per Februari 2024 angkanya 59,17%.

Selain itu kategori pelatihan jasa berketerampilan tinggi yang banyak peminat justru tidak meningkatkan porsi tenaga kerja jasa berketerampilan tinggi secara signifikan. Bahkan, berdasarkan pemaparan Yorga, angkanya menurun dari 2019 sebesar 3,95% menjadi 3,89% per tahun 2023.

Menanggapi hal tersebut, beberapa waktu lalu, Pengamat Ketenagakerjaan Universitas Gadjah Mada, Arif Novianto mengatakan program pengembangan keterampilan, seperti Kartu Prakerja masih menjadi sorotan. Pasalnya, tidak ada yang mengetahui apakah peserta benar-benar mempelajari hal baru dari program tersebut atau hanya memutar videonya kemudian dibiarkan.

“Mereka hanya mencari uangnya saja—uang bantuan Prakerja, tetapi skill-nya tidak terangkat,” pungkas Arif.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//