Kewajiban Neto Posisi Investasi Internasional Turun jadi US$253,3 Miliar

Ilustrasi. (Twitter @bank_indonesia)

FAKTA.COM, Jakarta - Bank Indonesia tengah memantau potensi risiko terkait kewajiban neto Posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia terhadap perekonomian. Hingga akhir kuartal II-2023, PII Indonesia mencatat kewajiban neto US$253,3 miliar.

Angka tersebut turun 0,27% dari kuartal I-2023 US$254 miliar. "Bank Indonesia optimistis PII akan tetap terjaga sejalan dengan upaya pemulihan ekonomi nasional pascapandemi Covid-19," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono, Senin (18/9/2023).

Dalam keterangan Bank Indonesia, penurunan kewajiban neto tersebut berasal dari penurunan posisi Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) yang lebih besar dibandingkan dengan penurunan posisi Aset Finansial Luar Negeri (AFLN).

Utang Luar Negeri Perlahan Naik

Secara rinci, posisi KFLN Indonesia menurun seiring dengan penurunan utang luar negeri di tengah surplus investasi langsung yang berlanjut. Angkanya turun 0,6% (qtq) menjadi US$716,0 miliar dari US$720,1 miliar pada akhir kuartal-I 2023.

"Penurunan tersebut terutama berasal dari posisi kewajiban investasi portofolio dan investasi lainnya sejalan dengan pembayaran surat utang dan pinjaman luar negeri yang jatuh tempo," ujar Erwin.

Sementara itu, posisi kewajiban investasi langsung meningkat sebagai cerminan optimisme investor terhadap prospek ekonomi domestik yang tetap terjaga di tengah peningkatan kondisi ketidakpastian keuangan global. Perkembangan posisi KFLN juga dipengaruhi oleh penurunan nilai instrumen keuangan domestik sejalan dengan penurunan harga saham dan penguatan nilai tukar dolar AS terhadap mayoritas mata uang global, termasuk Rupiah.

Di sisi lain, posisi AFLN Indonesia menurun dipengaruhi oleh transaksi cadangan devisa sejalan dengan kebutuhan valas untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan antisipasi likuiditas valas perbankan. Nilainya US$462,7 miliar, turun 0,7% (qtq) dari US$466,1 miliar.

Antarnegara Bersaing Pajak, G20 Usung International Taxation

Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan posisi aset cadangan devisa yang dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan antisipasi kebutuhan likuiditas valas perbankan sejalan dengan meningkatnya aktivitas perekonomian. Sementara itu, posisi aset investasi langsung, investasi portofolio, dan investasi lainnya meningkat.

"Penurunan posisi AFLN juga dipengaruhi oleh penurunan harga aset dan penguatan nilai tukar dolar AS terhadap beberapa mata uang negara penempatan aset," tulis Erwin.

Bank Indonesia pun memandang perkembangan PII Indonesia tetap terjaga sehingga mendukung ketahanan eksternal. Hal ini tecermin dari rasio kewajiban neto PII Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) yang berada di kisaran 18,7%, lebih rendah dibandingkan dengan kuartal sebelumnya sebesar 19,0%.

Selain itu, struktur kewajiban PII Indonesia juga didominasi oleh instrumen berjangka panjang (94,2%) terutama dalam bentuk investasi langsung.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//