Dihantui Kebangkutan Fiskal jadi Alasan Trump Naikan Tarif Dagang

Ilustrasi – Perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan sejumlah negara di dunia. (Fakta.com/Rillo Hans)
FAKTA.COM, Jakarta – Belakangan, tatanan perekonomian global dibuat gonjang-ganjing usai Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengumumkan tarif resiprokal kepada sejumlah negara, Rabu (2/4/2025). Lantas, apa sebenarnya objektif Trump dalam kebijakan tarif dagang ini?
Seperti diketahui, sejumlah negara dikenakan tarif bea masuk impor oleh Trump, termasuk Indonesia. Dalam hal ini, produk Indonesia dikenakan tarif sebesar 32 persen untuk masuk ke AS. Negara lain pun dikenakan tarif serupa, meski besarannya berbeda-beda.
Publik pun bertanya-tanya apa objektif Trump dalam mengeluarkan kebijakan tersebut, salah satu yang sering mencuat adalah sorotan Trump soal defisit dagang AS.
Terkait hal itu, data memang menunjukkan bahwa neraca dagang AS selalu mencatatkan defisit sejak 1976. Bahkan, dalam satu tahun terakhir trennya cenderung meningkat.
Meski begitu, Dewan Pakar Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Wijayanto Samirin mengungkap bahwa persoalan utama yang menjadi latar belakang implementasi kebijakan tarif baru bukanlah defisit dagang.
Menurutnya, AS sedang menghadapi persoalan lain, yakni defisit fiskal. Data di bawah menunjukkan bahwa defisit fiskal AS berada dalam tren peningkatannya. Bahkan, sejak COVID-19, angkanya dapat dikatakan meroket.
“COVID-19 membuat budget deficit [Amerika Serikat] tidak terkendali, bahkan mencapai 14,7 dan 12,4 persen terhadap PDB [Produk Domestik Bruto] pada tahun 2020 dan 2021,” ujar Wijayanto dalam keterangan tertulis, Senin (14/4/2025).
Bahkan, Wijayanto mengungkap jika tidak dikendalikan, AS terancam risiko kebangkrutan fiskal dalam sepuluh tahun ke depan.
Senada dengan pernyataan Wijayanto, data Congressional Budget Office (CBO), memproyeksikan defisit fiskal AS bisa menyentuh angka US$2.699 miliar pada 2035.
Tahun depan, jika dilihat dari persentasenya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), CBO memproyeksikan defisit anggaran AS mencapai 6,2 persen. Padahal, dalam periode (1975–2024), rata-rata defisit fiskal AS terhadap PDB hanya di kisaran 3,8 persen.
Langkah Trump Selamatkan Fiskal dengan Tingkatkan Basis Tarif
Wijayanto mengungkap, dalam pidato pelantikannya, Trump menjanjikan balance budget selama periode kepemimpinannya. Dalam analisisnya, ia mengatakan bahwa Trump akan coba melakukan efisiensi anggaran dengan target US$0,5 triliun per tahun.
Di sisi lain, Trump juga akan meningkatkan pendapatan sebesar US$0,7 triliun per tahun. Salah satunya, melalui kebijakan tarif yang baru saja diumumkan.
“[Upaya meningkatkan pendapatan] melalui peningkatan tarif, bukan peningkatan pajak karena alasan politis,” tutur Wijayanto.
Pengenaan kenaikan basis tarif kepada 180 negara yang dilakukan oleh Trump dengan total impor sebesar US$4,1 triliun disebut dapat meningkatkan penerimaan negara per tahun hingga US$0,4 triliun.
Sementara itu, sisanya sebesar US$0,3 triliun didapatkan dari pengenaan tarif dagang kepada “Dirty 15”, yakni 15 negara dengan surplus dagang terbesar terhadap Amerika Serikat.