Beda Prospek Ekonomi Tiga Mitra Dagang Terbesar RI

Ilustrasi - Transaksi ekonomi global. (Fakta.com/Putut Pramudiko)
FAKTA.COM, Jakarta - Dalam beberapa tahun terakhir, China, Amerika Serikat, dan India menjadi mitra dagang terbesar Indonesia. Sebab, Indonesia paling banyak mengekspor barang ke sana.
Namun, ketiga negara ini memiliki prospek yang berbeda di tengah meningkatnya ketidakpastian global.
Sektor Properti Masih Dalam Tekanan, Ekonomi China Melambat
Asian Development Bank (ADB) memperkirakan bahwa perekonomian China diperkirakan melambat.
Adapun tahun ini, ADB memproyeksikan pertumbuhan ekonomi China sebesar 4,7 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan realisasi pertumbuhan ekonomi tahun lalu yang dicatatkan sebesar 5,0 persen.
Dalam laporan yang dirilis, Rabu (9/4/2025), ADB menilai kemerosotan sektor properti masih menjadi penyebab utama perlambatan ekonomi China.
Sejalan dengan laporan tersebut, data pun menunjukkan bahwa sektor properti China masih dalam tekanan. Dalam beberapa bulan terakhir, pertumbuhan properti di China terus dicatatkan negatif.
Selama tiga tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan penjualan properti di China sebesar -24,81 persen secara tahunan (yoy).
Meskipun sempat membaik, tetapi data terbaru menunjukkan tren yang memburuk. Data per Maret tahun ini, pertumbuhan properti China dicatatkan -11,3 persen (yoy). Padahal, di bulan sebelumnya sempat dicatatkan positif, yakni 1,2 persen.
Badai Pengangguran dan Ancaman Inflasi Amerika Serikat
Sementara itu, Amerika Serikat juga tidak bebas dari masalah. Setelah menderita karena kebijakan moneter ketat, AS pun kini menghadapi ancaman inflasi tinggi. Padahal, Federal Reserve (The Fed) memproyeksikan pemangkasan Fed Fund Rate (FFR) dalam waktu dekat.
Namun, situasi berubah sejak Presiden AS, Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif bea masuk impor kepada sejumlah negara, Rabu (2/4/2025).
“Kita menghadapi prospek yang sangat tidak pasti dengan risiko pengangguran dan inflasi yang lebih tinggi,” ujar Pimpinan The Fed, Jerome Powell dalam acara Society for Advancing Business Editing and Writing Annual Conference di Arlington, Virginia, Jumat (4/4/2025) waktu setempat.
Kebijakan Trump, disebut Powell, berpotensi menciptakan inflasi tinggi. Walhasil, pihaknya perlu lebih berhati-hati dalam menentukan kebijakan suku bunga. Kebijakan higher for longer atau suku bunga tinggi dalam waktu yang lebih lama di sisi lain dapat memperburuk kondisi pengangguran AS.
Taring India di Tengah Perlambatan Ekonomi Asia-Pasifik
Beda dengan China dan AS, prospek ekonomi India justru lebih cerah. ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi India sebesar 6,7 persen tahun ini. Catatan ini lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun lalu, yakni 6,4 persen.
Padahal, ADB memperkirakan adanya perlambatan ekonomi di kawasan Asia-Pasifik. Tahun ini, angkanya diproyeksi sebesar 4,9 persen, lebih rendah dari pertumbuhan tahun lalu, yakni 5,0 persen. Salah satu penyebabnya adalah kebijakan dagang Trump yang meningkatkan ketidakpastian pada perekonomian global.
“Kenaikan tarif, ketidakpastian tentang kebijakan Amerika Serikat, dan kemungkinan meningkatnya ketegangan geopolitik merupakan tantangan yang signifikan terhadap prospek ekonomi,” ujar Kepala Ekonom Bank ADB, Albert Park dalam keterangan resmi, Rabu (9/4/2025).
Adapun prospek cerah ini didorong oleh penguatan permintaan domestik di kawasan Asia Selatan. Bahkan, ADB juga memperkirakan adanya penguatan ekonomi Asia Selatan tahun ini.