Upaya Melepas Beban Impor Migas

Ilustrasi. (Dokumen Fakta.com/Putut Pramudiko)

FAKTA.COM, Jakarta – Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam sektor energi. Terutama terkait dengan produksi minyak mentah yang terus menurun, sementara konsumsi dan impor minyak serta bahan bakar minyak (BBM) terus meningkat.

Hal itu disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, Rabu (11/9/2024). Menurut Bahlil, negara menguras devisa untuk impor migas senilai Rp450 triliun per tahun.

“Kita harus mengurangi impor kita karena jika bayak akan menguras devisa kita, neraca pembayaran kita, bahkan devisa kita keluar tiap tahun hampir Rp450 triliun untuk migas,” kata Bahlil.

Mengukur Efektivitas Rencana Bahlil Tekan Impor Migas

Menyoal impor migas, dalam periode Januari-Juli 2024, angkanya berada di level US$21,57 miliar. Angka itu sudah lebih dari separuh catatan impor migas di 2023.

Kenaikan impor ini disebabkan oleh peningkatan kebutuhan domestik yang tidak bisa dipenuhi oleh produksi dalam negeri.

Meski begitu, jika dibandingkan periode-periode sebelumnya, nilai impor migas sebenarnya mulai menurun sejak menyentuh angka US$40,42 miliar pada 2022. Data tren impor tersebut bisa dilihat berikut ini:

Kenaikan impor tidak lepas dari produksi minyak mentah Indonesia yang terus menurun dari tahun ke tahun. Pada 2023, produksi minyak mentah Indonesia tercatat hanya sebesar 31,1 juta ton, mengalami penurunan signifikan dari 40,9 juta ton pada 2017.

Tren penurunan ini sudah terlihat sejak beberapa tahun terakhir, dengan produksi minyak mentah pada 2022 sebesar 31,5 juta ton, dan mencapai titik terendah dalam enam tahun terakhir di tahun 2023 sebesar 31,1 juta ton.

Menanggapi data itu, pengamat ekonomi energi dari UGM, Fahmy Radhi menyampaikan, upaya menekan impor migas akan sulit dilakukan. Hal ini mengingat cadangan energi Indonesia yang semakin menipis dan terbatasnya pembangunan kilang minyak baru.

"Satu-satunya solusi adalah mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) sebagai pengganti BBM fosil," kata Fahmy kepada Fakta.com, Jumat (13/9/2024).

Fahmy juga menyampaikan, hingga saat ini, impor BBM dan LPG sudah mencapai lebih dari 1 juta barel per hari, yang berdampak pada melemahnya rupiah.

Sektor Migas Ditarget Serap Investasi US$16,1 Miliar

Di sisi lain, Ketua SKK Migas, Dwi Soetjipto pernah mengungkapkan bahwa produksi minyak Indonesia pada tahun ini mengalami selisih antara target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan realisasi hingga akhir semester I-2024.

"Pada saat APBN (2024) disusun, target ditentukan pada angka 635.000 barel per hari. Namun, saat ini realisasi produksi minyak berada di angka 578.000 barel per hari," kata Dwi dalam Konferensi Pers Kinerja Hulu Migas Semester I/2024 beberapa waktu lalu.

Dikutip dari Kementerian ESDM, asumsi dasar RAPBN Tahun 2025 untuk lifting migas adalah sebesar 1.610 ribu BOEPD, turun dibandingkan dengan target APBN Tahun 2024 sebesar 1.668 ribu BOEPD.

Sedangkan, konsumsi BBM, minyak, dan produk distilasi pada 2023 mencapai 1.604 ribu barel per hari (bpd), naik dibandingkan 2022 yang tercatat sebesar 1.597 ribu bpd.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//