Bandung Zoo Tambah Koleksi Satwa Setelah kelahiran Bayi Orangutan

Kebun Binatang Bandung atau Bandung Zoo menambah koleksi satwanya setelah lahirnya seekor bayi Orangutan Kalimantan di Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (21/2/2025). (ANTARA/Rubby Jovan)
FAKTA.COM, Bandung - Kebun Binatang Bandung atau Bandung Zoo menambah koleksi satwa setelah kelahiran seekor bayi orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) dari pasangan Pehong dan Shakila.
Marketing Komunikasi Bandung Zoo, Sulhan Syafi’i mengatakan, bayi orangutan ini berjenis kelamin jantan dan menambah jumlah koleksi orangutan Kalimantan di kebun binatang tersebut menjadi enam ekor.
“Kelahiran ini menjadi momen istimewa bagi kami. Saat ini, kami juga sedang mencari orang tua asuh bagi bayi orangutan ini. Kami harap yang mendaftar adalah mereka yang benar-benar mencintai satwa dan flora,” kata Sulhan di Bandung, Jumat (21/2/2025).
Sulhan menyebut, Bandung Zoo membuka pendaftaran program orang tua asuh bagi bayi orangutan ini selama tujuh hari ke depan dengan melakukan wawancara untuk memilih orang yang paling tepat.
“Kami akan memilih orang yang tepat, yang memang mencintai satwa dan juga bisa mendukung Bandung Zoo untuk berkembang lebih baik lagi,” katanya.
Dia mengatakan, orang tua asuh yang terpilih nantinya akan menerima laporan berkala mengenai perkembangan bayi orangutan dan mendapatkan akses bebas masuk ke Bandung Zoo untuk melihat langsung satwa asuhannya.
“Hingga saat ini, kami sudah memiliki enam orang tua asuh untuk satwa lain, terdiri dari dua harimau benggala dan empat tapir. Kami berharap dengan program ini, semakin banyak masyarakat yang peduli terhadap satwa dan mendukung perkembangan Bandung Zoo,” katanya
Sementara itu, Dokter Hewan Bandung Zoo, Dedi Trisasongko menjelaskan, pihaknya menerapkan sistem perkembangbiakan alami bagi satwa yang ada, termasuk orangutan.
Setiap individu diperkenalkan terlebih dahulu sebelum akhirnya disatukan dalam satu kandang jika mereka cocok.
Dia menambahkan bayi orangutan tersebut berbobot 1,5 kilogram (kg) yang terlahir pada 13 Desember 2024.
“Kami tidak menggunakan inseminasi buatan atau artificial insemination. Proses reproduksi dilakukan secara alami dengan mempertimbangkan daya dukung lahan dan kesejahteraan satwa,” kata dia.